Jumat, 05 Agustus 2016





Sejarah Desa Ngendut Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo

ASAL - USUL DESA NGENDUT

Dikisahkan oleh para sesepuh Desa Ngendut secara turun temurun, bahwa nama Desa Ngendut berasal dari kata Endut (bahasa jawa Tanah liat /lembek) yang artinya tanah yang berlumpur atau becek.
Menurut cerita, konon pada jaman Majapahit berkuasa di Ponorogo, Raja memerintahkan kepada bala tentaranya untuk memperluas wilayah kekuasaanya. Pada waktu bala tentara Majapahit menjajahi wilayah barat dalam perjalanannya banyak yang kecapean, lapar dan haus. Bala Tentara tersebut menemukan sumber air/belik, disekitar belik tersebut banyak pohon besar dan rindang suasana disekitarnya sangat sejuk. Bala tentara tersebut beristirahat dan mengambil air dan minum air untuk melepas rasa haus. Disekitar belik tersebut dikelilingi batu plataran, konon  ditempat ini untuk ritual bersih diri.
Kondisi tanahnya yang berlumpur dan becek, orang-orang menyebutnya tanah endut dengan keadaan tanah yang demikian. Kemudian dikenal wilayah ini dengan sebutan Ngendut, nama inilah yang akhirnya oleh nenek moyang diabadikan sebagai nama Desa Ngendut.
Daerah ini terkenal sangat subur dan banyak ikannya karena air sungai melimpah dan mampu untuk mencukupi kebutuhan para petani. Selanujutnya warga sekitar membuka lahan pertanian kearah barat sampai ke lereng gunung, selain bercocok tanam para petani juga banyak yang memelihara hewan ternak, sapi, kerbau dan kambing. Pada masa penjajahan, Belanda juga masuk ke Desa Ngendut dan meminta hasil pertanian berupa rempah-rempat dan juga hewan ternak.
Pada waktu agresi ke II Belanda menyerbu Kecamatan Balong yang pertama diserbu ádalah kantor Muspika Kecamatan Balong, kemudian kantor Muspika Kecamatan Balong dikosongkan dan secara diam-diam Muspika Kecamatan Balong membangun kantor di Desa Ngendut yang dipimpin oleh seorang Onder (Camat), pada waktu itu Ondernya berasal dari Resimen Mahasiswa bernama BRIGADE JENDRAL BUDJONO.
Dari waktu-kewaktu kegiatan pemerintahan yang ada di Desa Ngendut tercium oleh Belanda, akhirnya pada pagi-pagi buta Kantor Muspika yang dibangun di Desa Ngendut diobrak- abrik oleh Tentara Belanda pada saat itu Onder Budjono sedang mandi ditembak oleh Tentara Belanda dan langsung meninggal dunia. Oleh masyarakat Desa Ngendut jasadnya dimakamkan di Pemakaman Gedhe Desa Ngendut. Tapi setelah kemerdekaan RI, Makam Onder Budjono tersebut di pindah ke Taman Makam Pahlawan. Selanjutnya Kantor Muspika yang ada di Desa Ngendut dikosongkan.Untuk mengenang jasa-jasanya maka Jalan Poros Desa Ngendut selanjutnya diberinama Jalan BUDJONO.
Untuk menjalankan roda pemerintahan di desa Ngedut pada waktu itu dipimpin oleh seorang Palang yang sekarang disebut sebagai Lurah/Kepala Desa.
 Desa Ngendut terbagi menjadi 3 (tiga) wilayah yaitu ;
1.      Dukuh Krajan
2.      Dukuh Krawe
3.      Dukuh Puhgading.

SEJARAH PEMERINTAHAN DESA NGENDUT ;
No.
Nama
Masa Jabatan
Keterangan
1.
Kromo Tani
1783 – 1818
Dari Dukuh Krawe
2.
Joyo Kromo
1818 – 1858
Dari Dukuh Krajan
3.
Sono Kromo
1858 – 1895
Dari Dukuh Krajan
4.
Ngalimun
1895 – 1930
Dari Dukuh Krawe
5.
Kariyoredjo
1930 – 1969
Dari Dukuh Krawe
6.
Parmun
1969 – 1977
Dari Dukuh Krawe
7.
Toiman
1977 – 1984
Dari Dukuh Krawe
8.
Mulyono
1984 – 2000
Dari Dukuh Krawe
9.
Damun
2002 – 2012
Dari Dukuh Krawe
10.
Wadiyem
2012 – 2018/ Sekarang
Dari Dukuh Puhgading


SEJARAH PEMBANGUNAN DESA
Pada masa lalu mengenai pembangunan desa masih banyak yang sifatnya gotong royong, dan tradisional dalam pembangunan Desa Ngendut sejak kepemimpinan Kepala Desa Ngendut yang dulu, budaya gotong royong masih cukup tinggi. Namun karena perkembangan jaman budaya tersebut makin pudar. Kegiatan swadaya tenaga, uang maupun barang juga semakin berkurang. Hanya hal-hal yang sifatnya baku saja yang bisa dilaksanakan.

PEMBANGUNAN MASA KINI
Dengan adanya warga masyarakat banyak yang sudah mengikuti pelatihan dalam bidang pembagunan Desa yang disebut KPMD, maka pembagunan masa kini di Desa Ngendut tidak haya dikelola LPMD, tetapi KPMD juga turut serta terjun dalam pembangunan Desa. Walaupun sifatnya hanya sebagai pembantu perencanaan dan pelaksanaannya.
Kami sangat bersyukur bahwa setiap tahun mendapat Dana Subsidi Desa dan mulai tahun 2007 nilainya bertambah disbanding dari tahun sebelumnya. Dengan bantuan pemerinyth tersebut (ADD) pembagunan Desa semakin bertambah baik pembangunan infrastruktur maupun non fisik dan semua itu tidak terlepas dari penunjang dari warga masyarakat yaitu swadaya berupa tenaga. Pembangunan dibidang pertanian juga semakin berkembang, utamanya telah terbentuknya kelompok tani ditiga dukuh dan satu gapoktan Desa. Maka petani bisa terkordinasi baik cara berkelompok dan berbagai bidang usaha pertanian.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar